hargasemen.id – PT Semen Indonesia (SIG) melaporkan performa ekspor yang kuat selama paruh pertama 2025. Perusahaan mencatat volume penjualan total mencapai 17,3 juta ton pada semester I. Dari angka tersebut, ekspor menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 24,9%. Sementara itu, konsumsi dalam negeri justru melemah sebesar 2,5% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini mencerminkan adanya perubahan pola permintaan. Di dalam negeri, proyek infrastruktur melambat akibat penyesuaian anggaran dan tekanan fiskal. Namun, pasar ekspor justru terbuka lebar, terutama dari negara-negara di Asia Selatan dan Afrika Timur. Oleh karena itu, SIG memanfaatkan peluang tersebut untuk menstabilkan pendapatan.
Digitalisasi dan Efisiensi Energi Jadi Strategi Kunci
Untuk menjaga daya saing di pasar global, SIG mengedepankan efisiensi dan inovasi. Salah satu langkah penting adalah digitalisasi lini produksi di beberapa pabrik utama. Teknologi tersebut memungkinkan kontrol proses produksi menjadi lebih presisi dan hemat energi.
Selain itu, SIG terus memperluas inisiatif pengurangan emisi karbon. Dengan strategi efisiensi CO2, perusahaan berhasil menekan konsumsi energi dalam setiap ton produksi. Langkah ini juga berdampak langsung pada pengurangan biaya operasional secara keseluruhan.
Karena efisiensi tersebut, SIG dapat mempertahankan harga jual di tengah kenaikan biaya energi dunia. Hal ini memberi keunggulan kompetitif di pasar regional, terutama saat banyak pesaing mengalami tekanan dari fluktuasi harga bahan bakar dan logistik.
Stabilkan Harga Dalam Negeri Lewat Kendali Pasokan
Meski pasar ekspor tumbuh, SIG tetap menjaga keseimbangan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri. Menurut pernyataan Corporate Secretary SIG, strategi ini penting untuk mencegah lonjakan harga semen nasional. Pasokan tetap dijaga agar stabil dan merata, terutama di wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Dengan menjaga keseimbangan antara ekspor dan domestik, SIG berhasil menekan potensi kelangkaan di pasar lokal. Selain itu, perusahaan juga terus berkoordinasi dengan distributor besar agar harga tidak melonjak secara tiba-tiba di tingkat konsumen akhir.
Langkah ini mendapat dukungan dari pemerintah. Melalui sinergi dengan Kementerian Perindustrian, SIG ikut dalam program stabilisasi harga bahan bangunan strategis. Komitmen ini menambah kepercayaan pelaku usaha konstruksi yang sedang merencanakan proyek jangka menengah.
Optimisme SIG Hadapi Semester Kedua 2025
Melihat tren saat ini, SIG optimis menghadapi sisa tahun 2025. Perusahaan menilai tekanan harga bahan baku mulai melandai. Selain itu, biaya logistik internasional juga cenderung turun setelah sempat melonjak pada kuartal pertama.
Dengan kombinasi antara ekspor yang menguat dan biaya yang lebih terkendali, SIG berharap bisa mempertahankan margin keuntungan. Mereka juga memproyeksikan pertumbuhan moderat pada konsumsi domestik, terutama jika proyek-proyek pemerintah kembali aktif.
Dalam waktu dekat, SIG juga berencana memperluas pangsa ekspor ke pasar non-tradisional. Target utama adalah negara-negara berkembang yang memiliki kebutuhan tinggi akan material pembangunan. Untuk itu, perusahaan akan memperkuat kerja sama distribusi lintas negara melalui anak usaha dan mitra dagang.
Melalui strategi ekspor yang agresif, efisiensi digital, dan pengendalian pasar domestik, SIG membuktikan kemampuannya dalam menghadapi dinamika global. Stabilitas operasional dan optimisme yang terukur menjadi kunci kelangsungan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi.