hargasemen.id – Penjualan semen nasional selama Januari hingga Juni 2025 menunjukkan tren melambat. Berdasarkan laporan industri, total volume penjualan menurun sekitar 2,5 persen dibanding periode sama tahun lalu. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar belum sepenuhnya pulih pasca tekanan ekonomi global.
Segmen yang paling terpukul adalah penjualan semen curah. Penurunan di kategori ini mencapai 10,2 persen secara tahunan. Angka tersebut menjadi alarm bagi produsen besar yang mengandalkan sektor infrastruktur sebagai penggerak utama permintaan.
Minim Proyek Baru Picu Pelemahan Pasar
Turunnya proyek-proyek besar dari pemerintah menjadi penyebab utama penurunan semen curah. Banyak rencana pembangunan infrastruktur masih tertunda karena efisiensi belanja negara. Proyek yang sempat direncanakan pada awal 2025 belum seluruhnya dieksekusi. Kondisi ini berdampak langsung pada distribusi semen ke sektor konstruksi besar.
Para pelaku industri mencermati bahwa backlog proyek dari tahun sebelumnya belum terserap optimal. Selain itu, beberapa wilayah juga mengalami hambatan logistik akibat cuaca ekstrem. Tantangan tersebut memperlambat mobilisasi material ke area pembangunan. Akibatnya, permintaan semen dari kontraktor besar mengalami perlambatan yang cukup nyata.
Sektor Perumahan Masih Jaga Permintaan
Meskipun pasar curah melemah, sektor ritel dan perumahan masih menopang penjualan. Konsumen rumah tangga tetap aktif dalam proyek renovasi dan pembangunan kecil. Hal ini terlihat dari tren penjualan semen kantong yang relatif stabil sepanjang semester pertama. Produsen yang memiliki jaringan distribusi kuat tetap mencatat penjualan moderat.
Toko bahan bangunan dan mitra ritel memperlihatkan permintaan musiman jelang akhir semester. Banyak keluarga memanfaatkan momen libur sekolah untuk merenovasi rumah. Penjualan juga ditopang program subsidi pemerintah di sektor perumahan rakyat. Dukungan ini menjaga volume penjualan semen dalam skala kecil.
Produsen Perlu Strategi Adaptif untuk Semester Kedua
Melihat tren semester pertama, pelaku industri perlu mengubah strategi. Produsen semen kini harus fokus ke efisiensi produksi dan penguatan jaringan ritel. Selain itu, mereka perlu memanfaatkan momentum perumahan rakyat dan proyek swasta skala menengah. Langkah ini bisa membantu menstabilkan pendapatan selama proyek besar belum dimulai.
Perusahaan juga mulai menggarap pasar ekspor sebagai alternatif. Negara-negara berkembang di Asia dan Afrika mulai membuka peluang baru. Beberapa emiten telah menjajaki kerja sama distribusi lintas regional. Selain itu, penggunaan teknologi dan produk ramah lingkungan juga menjadi daya tarik baru. Konsumen kini semakin sadar akan pentingnya jejak karbon dalam pembangunan.