Analis pasar saham menunjukkan pandangan optimistis terhadap industri semen di paruh kedua 2025. Mereka menilai sektor ini berpotensi membaik seiring stabilitas ekonomi dan peningkatan permintaan. Rekomendasi beli muncul untuk saham produsen semen, diharapkan adanya pertumbuhan kinerja keuangan dan laba perusahaan. Peningkatan proyek konstruksi dan permintaan infrastruktur menjadi faktor pendukung proyeksi positif tersebut.
Tantangan yang Dihadapi Pengusaha Semen
Sementara itu, pengusaha semen menyoroti tantangan nyata di sektor ini. Oversupply kapasitas produksi dan penurunan permintaan masih membebani. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan penjualan domestik turun 2,5% secara tahunan pada semester I/2025, sementara produksi menyusut 5,8% dibanding periode sama tahun lalu. Proyek strategis seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) tertunda dan anggaran infrastruktur dikurangi, memperburuk prospek industri.
Dampak Kapasitas Produksi dan Permintaan yang Lemah
Kapasitas pabrik yang tidak optimal membuat utilisasi hanya mencapai 55,6%. Kondisi ini menekan efisiensi produksi dan profitabilitas. Lemahnya daya beli masyarakat turut menurunkan permintaan, terutama pada sektor konstruksi dan properti. Pengusaha berharap pemerintah dapat menghadirkan stimulus fiskal dan mempercepat proyek infrastruktur untuk mendukung pemulihan industri.
Strategi dan Prospek Industri Semen
Perbedaan pandangan analis dan pelaku usaha mencerminkan ketidakpastian pasar. Investor perlu memperhitungkan kebijakan pemerintah, kondisi makroekonomi, serta tren global dalam membuat keputusan investasi. Sinergi antara sektor swasta dan pemerintah menjadi kunci. Kebijakan yang mendorong pembangunan infrastruktur, perumahan, dan konstruksi lain akan meningkatkan permintaan semen. Selain itu, inovasi produk dan efisiensi produksi penting untuk memperkuat daya saing di pasar domestik maupun internasional.