hargasemen.id – Konsumsi semen nasional mencatatkan kenaikan sebesar 1,83 persen pada kuartal II 2025. Total volume distribusi mencapai 13,99 juta ton. Angka ini naik dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 13,74 juta ton. Data ini dirilis oleh Badan Data dan Statistik Industri (BDSI) dalam laporan triwulanan terbaru.
Kenaikan permintaan ini menandai arah positif bagi sektor konstruksi Indonesia. Sektor tersebut sebelumnya sempat melambat selama dua tahun terakhir. Kini, aktivitas pembangunan mulai meningkat di berbagai wilayah. Pemerintah juga kembali menggenjot proyek strategis nasional. Hal itu mendorong kebutuhan bahan bangunan, terutama semen.
Selain proyek pemerintah, sektor swasta pun mulai pulih. Banyak pengembang kembali melanjutkan proyek residensial dan komersial. Hal ini memberikan dampak langsung terhadap permintaan semen domestik.
Sektor Properti dan Infrastruktur Mulai Bergerak
Pemulihan sektor properti terjadi sejak awal tahun. Relaksasi suku bunga dan insentif pajak mendorong masyarakat untuk membeli rumah pertama. Pengembang properti melihat peluang ini sebagai momentum ekspansi proyek. Mereka mempercepat pembangunan unit rumah tapak dan rumah susun sederhana.
Selain itu, program pembangunan fasilitas publik juga berkontribusi besar. Pembangunan rumah sakit, sekolah, dan jalan lingkungan menjadi penyumbang permintaan semen. Wilayah luar Jawa, seperti Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan, mencatat peningkatan konsumsi signifikan.
Dr. Anggoro Budi, Kepala BDSI, menegaskan tren pemulihan ini. Ia menyebutkan bahwa pembangunan di kawasan timur Indonesia meningkat konsisten sejak kuartal pertama. Ia juga menyampaikan bahwa distribusi semen meningkat di 24 provinsi, dengan dominasi di luar Pulau Jawa.
Sektor infrastruktur juga memperlihatkan aktivitas tinggi. Banyak proyek tol, pelabuhan, dan jembatan kembali dilanjutkan. Pemerintah mendorong percepatan penyelesaian proyek agar bisa beroperasi sebelum akhir tahun fiskal. Langkah ini membuat kontraktor meningkatkan volume pembelian semen secara bertahap.
Industri Semen Masih Hadapi Tantangan Kapasitas
Meski konsumsi meningkat, tantangan masih membayangi industri semen nasional. Kapasitas produksi nasional saat ini mencapai 110 juta ton per tahun. Sementara itu, konsumsi tahunan masih berkisar 65–70 juta ton. Selisih tersebut menciptakan kondisi oversupply yang terus berlanjut.
Para produsen semen harus bersaing ketat untuk mempertahankan pasar. Mereka mengandalkan efisiensi operasional dan promosi produk secara agresif. Beberapa perusahaan besar, seperti PT Semen Indonesia Tbk dan PT Indocement Tbk, melaporkan peningkatan penjualan. Namun, mereka juga tetap melakukan efisiensi biaya agar tetap kompetitif.
Pakar industri menyarankan diversifikasi pasar ekspor sebagai solusi jangka menengah. Saat ini, ekspor semen masih terbatas. Produsen perlu memperluas jaringan ekspor ke Asia Tenggara dan Afrika. Langkah itu bisa membantu mengurangi tekanan kapasitas dalam negeri.
Industri juga perlu inovasi dalam distribusi dan logistik. Transportasi curah menjadi faktor penting dalam penekanan biaya pengiriman. Beberapa perusahaan mulai mengembangkan pelabuhan khusus dan armada kapal untuk mengefisienkan distribusi antarpulau.
Proyeksi Kuartal Berikutnya Lebih Optimis
BDSI memperkirakan konsumsi semen akan tumbuh lebih tinggi pada kuartal III dan IV. Musim kering yang mendukung aktivitas konstruksi menjadi salah satu faktor pendorong. Selain itu, banyak proyek swasta dan pemerintah yang mengejar target penyelesaian akhir tahun.
Konsultan sektor konstruksi memproyeksikan pertumbuhan tahunan sekitar 2,5 hingga 3 persen. Jika tren saat ini berlanjut, total konsumsi semen 2025 dapat menembus angka 60 juta ton. Angka itu lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 58,5 juta ton.
Produsen semen menyambut optimisme ini dengan menambah pasokan secara bertahap. Mereka juga menyesuaikan kapasitas operasional sesuai tren permintaan di lapangan. Beberapa di antaranya bahkan mulai mengadopsi sistem produksi berbasis permintaan (demand-driven production).
Pemerintah juga terus memantau distribusi dan stok semen di daerah. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas harga dan menghindari penumpukan barang. Pasokan semen yang merata akan mendukung kelancaran proyek dan mencegah inflasi biaya bahan bangunan.