Harga Semen – Jakarta menjadi saksi awal dari program ambisius Presiden Prabowo Subianto dalam bidang perumahan. Target pembangunan 3 juta unit rumah setiap tahun dinilai akan menjadi stimulus besar bagi pertumbuhan industri nasional, khususnya sektor manufaktur. Tidak hanya sebatas pada konstruksi, dampaknya diyakini akan menyentuh hingga 185 cabang industri, mulai dari semen, besi, pipa, hingga perabot rumah tangga seperti kulkas dan mebel.
Dampak Langsung ke Industri Semen dan Baja
Hashim S. Djojohadikusumo, sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Iklim dan Energi, menyoroti bagaimana kebijakan ini menjadi harapan baru bagi industri semen yang tengah mengalami penurunan produksi. Ia mengungkapkan bahwa saat ini, hanya separuh dari kapasitas produksi semen nasional yang terserap pasar. Dari total kapasitas 120 juta ton, hanya sekitar 60 juta ton yang berhasil terjual.
Dengan realisasi program 3 juta rumah setiap tahun, diprediksi permintaan semen akan naik sebesar 15 juta ton per tahun. Selain itu, kebutuhan terhadap baja dan besi pun akan meningkat drastis. Khusus untuk kabel listrik dan struktur rumah, konsumsi baja diperkirakan bertambah 3 juta ton setiap tahunnya.
Hal ini tentu akan memberi dorongan besar kepada produsen dalam negeri yang selama ini menghadapi tantangan pasar. Bahkan, sektor baja ringan dan kawat listrik juga akan ikut merasakan lonjakan permintaan secara langsung dari proyek ini.
Multiplier Effect ke Industri Elektronik dan Furnitur
Selain semen dan baja, program pembangunan perumahan ini juga membawa dampak ekonomi ke sektor lainnya. Salah satunya adalah industri furnitur dan barang elektronik rumah tangga. Dengan asumsi bahwa setiap rumah atau apartemen membutuhkan minimal satu tempat tidur, kursi, televisi, dan kulkas, maka akan ada lonjakan permintaan signifikan di sektor ini.
Hashim menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan 15 juta unit hunian yang akan dibangun selama 5 tahun, dibutuhkan setidaknya 12-15 juta tempat tidur. Angka yang fantastis ini memberi gambaran betapa besarnya pasar furnitur domestik dalam beberapa tahun ke depan.
Begitu pula dengan perangkat elektronik. Diprediksi kebutuhan akan kulkas dan televisi mencapai jutaan unit setiap tahunnya. Kondisi ini membuka peluang investasi baru sekaligus mendorong produsen lokal untuk memperbesar kapasitas produksinya.
Peluang Industri Kecil dan Menengah di Daerah
Pemerintah juga memberikan perhatian khusus pada wilayah pedesaan dalam realisasi program ini. Rencana pembangunan 2 juta rumah akan difokuskan di sekitar 75.000 desa di seluruh Indonesia. Selain itu, program renovasi rumah bagi petani dan nelayan yang belum mendapatkan akses listrik turut menjadi bagian dari kebijakan ini.
Dampak langsungnya akan menciptakan permintaan tinggi untuk produk instalasi air, lampu, keramik, dan kebutuhan dasar rumah lainnya. Peluang ini bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri kecil dan menengah yang tersebar di daerah untuk ikut serta dalam rantai pasok nasional.
Dengan adanya kebutuhan besar terhadap pipa air, lantai keramik, hingga instalasi listrik, maka para pelaku UMKM memiliki ruang untuk mengambil peran. Ini sekaligus menjadi bentuk pemerataan ekonomi yang tidak hanya terpusat di kota-kota besar.
Menopang Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Hashim meyakini bahwa program 3 juta rumah ini akan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Ia memperkirakan program ini mampu menyumbang tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 2-3% setiap tahun.
Program ini bukan hanya menjadi jawaban atas masalah backlog atau kesenjangan kepemilikan rumah yang masih tinggi, tetapi juga menjadi motor penggerak sektor riil. Dari sisi makro, efek berantai dari program ini sangat signifikan, karena menyentuh banyak lini produksi dan distribusi.
Termasuk di dalamnya adalah potensi untuk menciptakan lapangan kerja baru di berbagai sektor, mulai dari pekerja bangunan, tukang, tenaga pabrik, hingga logistik dan distribusi barang jadi ke lokasi proyek.
Minat Investor dan Dukungan BUMN
Melihat besarnya potensi ekonomi dari program ini, sejumlah investor global sudah mulai menunjukkan minat mereka. Negara-negara seperti Qatar disebut Hashim sebagai salah satu pihak yang telah mengutarakan keinginannya untuk turut ambil bagian dalam pembangunan rumah ini.
Pemerintah juga merancang strategi pembiayaan dengan melibatkan bank-bank milik negara yang tergabung dalam Himbara (Himpunan Bank Milik Negara). Dukungan dari sektor perbankan menjadi kunci keberlanjutan program ini, terutama untuk penyediaan skema pembiayaan perumahan yang terjangkau.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan swasta, diharapkan pembangunan rumah ini bisa terealisasi secara berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat luas.
Lebih dari Sekadar Hunian: Solusi untuk Stunting
Hashim juga menekankan bahwa pembangunan rumah bukan sekadar soal tempat tinggal, tetapi menyangkut kualitas hidup masyarakat. Ia menyebut bahwa program ini juga merupakan bagian dari upaya pengentasan stunting di Indonesia.
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan kumuh, tanpa akses air bersih, serta kondisi lantai tanah yang rawan bakteri dan parasit, lebih rentan mengalami gangguan pertumbuhan. Oleh sebab itu, penyediaan rumah layak huni dinilai krusial untuk mencegah gangguan kesehatan anak-anak Indonesia.
Dengan adanya rumah yang layak dan sehat, serta ditunjang akses listrik dan sanitasi, pemerintah berharap kualitas hidup masyarakat meningkat. Program ini merupakan pelengkap dari program makan bergizi gratis yang juga diusung oleh Presiden Prabowo dalam visi besar pembangunan sumber daya manusia Indonesia.