hargasemen.id – Masyarakat Mamasa, Sulawesi Barat, dikejutkan oleh insiden yang terjadi pada peringatan HUT ke-80 RI di Lapangan Kondosapata, 17 Agustus 2025. Dalam momen sakral itu, bendera Merah-Putih justru terbalik ketika Paskibraka hendak mengibarkannya. Warna merah muncul di bagian bawah, sementara putih tampak di atas. Video insiden tersebut langsung viral di berbagai platform media sosial dan memicu beragam reaksi.
Panitia segera bereaksi cepat. Seorang pengibar bendera memperbaiki posisi sang saka dengan sigap agar prosesi tetap berjalan. Panitia lalu menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Mereka menegaskan bahwa kesalahan tersebut murni teknis, bukan disengaja, apalagi direncanakan. Selama dua minggu sebelumnya, panitia sudah berlatih bersama TNI dan Polri untuk memastikan upacara berjalan lancar. Namun rasa gugup para anggota Paskibraka akhirnya memicu kesalahan fatal itu.
Tangis Haru Paskibraka Setelah Insiden
Peristiwa tersebut menimbulkan tekanan emosional yang besar bagi para anggota Paskibraka Mamasa. Seusai upacara, beberapa pengibar tampak menangis dan berjalan dengan langkah gontai. Seorang anggota wanita bahkan mengusap air matanya dengan tisu. Video tangisan mereka menjadi viral dan memperlihatkan bagaimana beban tanggung jawab serta cinta terhadap simbol negara membuat mereka larut dalam emosi mendalam.
Dukungan Bupati dan Sikap Tegas Panitia
Bupati Mamasa, Welem Sambolangi, langsung menenangkan situasi. Ia menegaskan bahwa masyarakat tidak boleh menyalahkan atau membully anggota Paskibraka. Menurutnya, semua anggota sudah berusaha maksimal dan tidak ada yang berniat merusak simbol negara. Welem meminta publik melihat insiden itu sebagai pelajaran, bukan sebagai bahan kritik destruktif.
Panitia pun menguatkan mental anggota Paskibraka agar mereka tidak larut dalam trauma. Dukungan tersebut terbukti ampuh. Saat prosesi penurunan bendera di sore hari, para anggota tampil lebih tenang dan berhasil melaksanakan tugas dengan sempurna.
Pelajaran untuk Masa Depan
Insiden bendera terbalik di Mamasa menunjukkan pentingnya perhatian ekstra pada prosedur teknis dalam upacara kenegaraan. Sebuah kesalahan kecil ternyata mampu menimbulkan dampak emosional besar bagi petugas dan penonton. Dari kejadian itu, masyarakat bisa belajar bahwa disiplin, persiapan matang, dan empati terhadap petugas upacara sama pentingnya dengan simbol yang dikibarkan.
Permintaan maaf panitia menjadi bukti bahwa mereka siap bertanggung jawab. Sementara itu, air mata para Paskibraka mengingatkan bahwa mereka hanyalah manusia yang memikul tugas berat demi kehormatan negara. Pesan Bupati Mamasa menegaskan pentingnya sikap toleransi dan solidaritas dalam menghadapi kegagalan kecil.
Untuk tahun-tahun mendatang, evaluasi menyeluruh perlu dilakukan. Panitia harus memperketat pelatihan teknis bagi anggota Paskibraka, melibatkan psikolog untuk mendukung kesiapan mental, serta memastikan semua prosedur dipahami secara detail. Dengan langkah tersebut, upacara peringatan kemerdekaan tidak hanya berjalan khidmat, tetapi juga semakin kokoh menyampaikan nilai kebangsaan kepada generasi muda.