hargasemen.id – Wilayah timur Indonesia mengalami gangguan distribusi semen secara serius. Pasokan terganggu karena minimnya kapal, buruknya pelabuhan, dan jalur logistik terbatas. Akibatnya, harga melonjak tajam di Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Keterbatasan Armada Perparah Kelangkaan Semen
Transportasi laut menjadi jalur utama pengiriman semen ke timur Indonesia. Sayangnya, jumlah kapal yang menjangkau daerah ini masih sangat minim. Data INSA menunjukkan hanya 8% kapal kargo nasional yang melayani wilayah timur.
Musim gelombang tinggi memperburuk situasi. Banyak kapal tidak berlayar demi menghindari risiko dan biaya tambahan. Kondisi ini membuat pengiriman semen dari Sulawesi dan Jawa tidak konsisten.
Menurut Kementerian Perhubungan, biaya angkut semen dari Surabaya ke Timika bisa tiga kali lipat lebih mahal. Biaya logistik berkontribusi besar terhadap harga jual akhir.
Pelabuhan Kecil Tidak Mendukung Distribusi Efisien
Sebagian besar pelabuhan di Papua, Maluku, dan NTT tidak memiliki alat bongkar muat modern. Di pelabuhan seperti Saumlaki dan Moa, aktivitas bongkar masih dilakukan secara manual.
Akibat minimnya infrastruktur, kapal harus menunggu lama untuk memuat dan menurunkan barang. Operator mengenakan biaya tambahan karena idle time tinggi. Gudang penyimpanan juga terbatas, membuat pengiriman menjadi tidak efisien.
Asosiasi Semen Indonesia mencatat biaya bongkar muat di timur bisa mencapai Rp180.000 per ton. Angka ini dua kali lipat lebih mahal dibanding pelabuhan besar di Jawa.
Harga Semen Kantong di Papua Tembus Rp125.000
Di sejumlah wilayah pegunungan Papua, harga semen menyentuh Rp125.000 per kantong. Harga normal di Jawa hanya sekitar Rp70.000. Perbedaan harga ini sangat besar.
Pemerintah daerah mengeluhkan mahalnya semen yang menghambat pembangunan. Proyek sekolah, puskesmas, dan jalan desa terancam tidak selesai tepat waktu. Dana otonomi khusus juga terpakai hanya untuk belanja material.
Maluku dan NTT juga mengalami lonjakan harga serupa. Banyak pengembang swasta memilih menunda pembangunan karena biaya tak terkendali.
Solusi Jangka Panjang Butuh Dukungan Pemerintah
Program tol laut seharusnya menjawab persoalan distribusi barang. Namun, distribusi semen belum maksimal memanfaatkan skema tol laut. Kontainer khusus semen belum tersedia secara merata.
Pelni menyatakan siap menambah kapal kargo jika ada kebijakan pendukung. Perusahaan logistik juga berharap ada subsidi pengangkutan semen seperti halnya bahan pokok.
Ahli logistik dari ITS menyarankan pembangunan pelabuhan kecil dengan fasilitas lengkap. Pemerintah perlu memberi insentif untuk kapal yang melayani rute terpencil secara rutin.
Tanpa perubahan strategi logistik nasional, harga semen di timur Indonesia akan tetap tinggi. Hal ini memperlebar ketimpangan pembangunan antara barat dan timur Indonesia.
Pemerataan Harga Perlu Aksi Nyata
Distribusi semen berpengaruh langsung terhadap percepatan pembangunan. Biaya logistik yang tidak merata menciptakan ketimpangan akses bahan bangunan. Pemerintah perlu bertindak lebih cepat.
Subsidi logistik, tambahan armada kapal, dan modernisasi pelabuhan menjadi kunci utama. Dengan pemerataan distribusi, harga semen bisa turun, dan proyek di timur bisa berjalan lancar.