hargasemen.id – Pada Juli 2025, industri semen di China mencatat titik terendah sejak 2009. Data Bloomberg menunjukkan penurunan produksi yang tajam seiring krisis properti yang tak kunjung pulih serta lesunya pembangunan infrastruktur. Kondisi ini menandai perubahan besar dalam sektor konstruksi yang sebelumnya menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Semen sebagai Cermin Ekonomi Lama
Industri semen merefleksikan wajah “ekonomi lama” China. Tidak seperti baja yang juga bergantung pada permintaan ekspor, konsumsi semen lebih terikat pada pasar domestik. Karena itu, tren produksi semen lebih akurat mencerminkan aktivitas pembangunan perkotaan. Penurunan drastis produksi menunjukkan konstruksi di dalam negeri melemah tajam, meninggalkan era percepatan urbanisasi yang berlangsung sejak dua dekade terakhir.
Krisis Properti dan Kejatuhan Permintaan
Sejak mencapai puncak pada Mei 2020—saat stimulus pandemi mendorong permintaan—sektor properti China terus merosot. Pengembang menghadapi overkapasitas, regulasi ketat, dan kepercayaan konsumen yang melemah. Pemerintah memang mencoba meredakan tekanan dengan pelonggaran moneter, tetapi kebijakan itu gagal mendorong kenaikan permintaan semen ke level sebelumnya. Pasar real estate semakin terpuruk, memicu gelombang baru perlambatan di sektor hulu dan hilir konstruksi.
Dampak Global dan Pergeseran Investasi
China selama ini menyerap material bangunan dalam jumlah besar, sehingga penurunan produksinya memberi dampak pada pasar global. Negara-negara pengekspor bahan baku merasakan tekanan karena hilangnya salah satu konsumen terbesar dunia. Investor kini menilai peluang pertumbuhan baru tidak lagi datang dari properti, melainkan dari sektor mineral dan energi bersih. Tembaga, litium, dan nikel diprediksi menjadi komoditas strategis dalam mendukung transisi energi global.
Ancaman Lingkungan dan Oversupply Kota Hantu
Kelebihan pasokan properti memunculkan masalah baru berupa kota-kota hantu. Banyak unit hunian kosong menurunkan efisiensi perkotaan dan memicu emisi karbon dari konstruksi yang tidak terpakai. Setiap produksi semen menghasilkan hampir satu ton karbon dioksida, sehingga kejatuhan produksi justru memberi efek positif bagi pencapaian target emisi nasional. Meski begitu, pembangunan yang tidak terkendali tetap menjadi ancaman lingkungan jangka panjang.
Berakhirnya Era Booming Properti
Penurunan tajam produksi semen menguatkan sinyal berakhirnya era booming properti di China. Pemerintah kini menghadapi tantangan besar untuk membenahi sektor konstruksi, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan perkotaan, dan mempercepat transisi menuju sektor ekonomi baru. Ke depan, fokus pertumbuhan China kemungkinan bergeser dari semen dan properti ke energi terbarukan dan mineral strategis.