hargasemen.id – Analis industri memperkirakan harga semen di Indonesia akan naik secara bertahap hingga akhir 2025. Kenaikan ini dipicu oleh lonjakan biaya energi, inflasi, serta peningkatan permintaan dari sektor konstruksi dan properti.
Kenaikan Biaya Energi Dorong Biaya Produksi
Produsen semen sangat bergantung pada batu bara untuk proses pembakaran klinker. Sejak pertengahan 2025, harga batu bara GAR 4.200 stabil di kisaran USD 70 per ton. Namun, permintaan tinggi dari Tiongkok dan India mulai mengganggu pasokan lokal.
Selain batu bara, tarif listrik industri juga naik sekitar 3 persen pada Juli 2025. Kenaikan ini otomatis menaikkan ongkos produksi pabrikan semen. Beberapa analis memproyeksikan HPP semen bisa naik 5 persen dibanding paruh pertama tahun ini.
Lembaga seperti CLSA dan Mandiri Sekuritas menilai kondisi ini akan menekan margin produsen. Mereka menyarankan efisiensi energi dan penyesuaian harga secara bertahap.
Permintaan Naik Tapi Timpang Antarwilayah
Permintaan semen meningkat signifikan di Kalimantan Timur. Proyek pembangunan IKN mendorong konsumsi di wilayah tersebut naik 12 persen dalam enam bulan terakhir.
Namun, di wilayah lain seperti Sumatra Barat dan Jawa Tengah, permintaan cenderung stagnan. Minimnya proyek swasta dan keterlambatan realisasi APBD menjadi penyebab utamanya.
Analis dari Bahana Sekuritas menyarankan produsen menyesuaikan strategi distribusi. Wilayah dengan permintaan tinggi bisa menaikkan harga, sedangkan daerah stagnan perlu diskon untuk menjaga volume penjualan.
Inflasi dan Nilai Tukar Jadi Pemicu Tambahan
Tingkat inflasi Indonesia saat ini masih bertahan di atas 3 persen. Harga BBM dan logistik ikut naik, sehingga mendorong biaya pengemasan dan distribusi semen.
Pelemahan rupiah juga memberi dampak ke produsen yang masih mengimpor bahan pendukung. Kurs yang fluktuatif memperbesar risiko biaya tidak terduga hingga akhir tahun.
Di sisi lain, situasi global seperti konflik Laut Merah dan krisis pengiriman Asia–Eropa menyebabkan ongkos logistik impor melonjak.
Proyeksi Harga Jelang Akhir Tahun
Harga semen kantong 50 kg jenis OPC diprediksi mencapai Rp72.000 hingga Rp78.000 per sak pada Desember 2025. Harga itu naik 6–8 persen dari rata-rata kuartal pertama yang sebesar Rp68.000 per sak.
Wilayah dengan proyek besar seperti IKN, Makassar, dan kawasan industri Batang akan mengalami kenaikan harga lebih cepat. Sementara daerah dengan permintaan lemah kemungkinan besar tetap stagnan atau turun lewat promo musiman.
Produsen Wajib Adaptif, Konsumen Harus Cermat
Produsen harus cepat beradaptasi terhadap tekanan energi dan inflasi. Tanpa langkah efisiensi, margin keuntungan bisa tergerus dalam waktu dekat.
Konsumen, terutama kontraktor swasta, perlu menyesuaikan anggaran proyek mereka. Kenaikan harga semen bisa memengaruhi skala pengerjaan proyek pada kuartal IV.
Pemerintah berpeluang besar menjaga keseimbangan pasar. Insentif distribusi dan kebijakan tarif energi bisa membantu menjaga harga tetap stabil di tengah tekanan global.